Drama ‘awaken’ dan vaksinasi covid-19

 

instagram: leechungah

“Aku berdiri di jalanan kosong, sendirian. Matahari bersinar terang, dan jam yang tidak pernah salah menunjukkan pukul 12.00. Lalu aku bertanya-tanya kepada diriku. “Apa ini siang hari atau tengah malam?”

……….adalah potongan monolog yang terus diulang-ulang yang menjadi asal muasal konflik dalam drama ‘awaken’. Seorang penulis sering menyajikan maksud dalam diksi yang tidak mudah untuk ditafsirkan. Maka dari itu para pembaca atau penonton harus jeli dalam mengikuti setiap alur yang disajikan agar tidak kehilangan momen yang penting.

Baiklah. Jadi begini…..

Sepanjang pengamatan saya mengikuti drama on going yang sudah mendekati ending ini saya menemukan hal yang mungkin ada kesamaan konflik dengan proses vaksinasi covid-19 yang sedang dilakukan di berbagai Negara, khususnya Indonesia. Saya hampir tertipu dengan preview-privew yang ditayangkan di awal dan cut scene yang memperlihatkan kehidupan para detektif atau polisi dalam mengusut kasus-kasus pembunuhan. Namun wajah asli dari drama ini adalah eksperimen. Ya. Eksperimen yang melibatkan objek eksperimen berupa manusia. Apa masalahnya?

Lanjut…..

Hal-hal kecil yang kita lakukan setiap hari secara tidak langsung juga bagian dari eksperimen. Seperti contoh seorang  patissier akan bereksperimen menggunakan aneka tepung dan toping. Jika gagal dia tinggal membuang dan mengganti dengan bahan-bahan yang baru. Seorang arsitek akan membuat bangunan sesuai gambar yang telah didesain. Jika desainnya gagal maka dia tinggal merobohkan bangunannya dan akan mendesain ulang bangunan itu. Seorang pelukis akan membuat objek dengan cat yang beraneka warna. Jika hasil lukisannya tidak sesuai harapannya dia tinggal merobek kanvas dan menggantinya dengan kanvas yang siap untuk dipoles dengan kuas lagi. Lalu bagaimana jika objek berupa makhluk yang memiliki nyawa terutama manusia yang bahkan punya akal?

Sebenarnya eksperimen yang melibatkan manusia sebagai objek ini saya rasa memiliki kemiripan tujuan. Yaitu sesuatu yang tidak dapat manusia dapatkan; ‘keabadian’. Mereka ingin kehidupan bahagia, damai dan abadi di dunia dengan cara membuang hal-hal yang dapat menghambat keabadian yaitu kematian. Bisa dibilang kehidupan yang mereka inginkan itu mirip seperti kehidupan di surga. Mereka ingin mematahkan anggapan bahwa hal itu merupakan sesuatu yang mustahil untuk didapatkan. Memang ini hanya bagian dari skenario penulis cerita yang telah melewati batas akal manusia. Namun tidakkah pengobatan bagi orang sakit atau pencegahan terhadap suatu penyakit sejatinya memiliki tujuan yang sama? Untuk hidup lebih lama? Hidup sempurna tanpa celah? Tidak ada yang salah dari memimpikan kehidupan yang abadi atau kehidupan yang lebih dari yang dinginkan. Manusia memang dianugerahi dengan itu. Semuanya merupakan bagian dari hasil kerja akal manusia dan untuk keberlangsungan kehidupan. Bahasa sederhananya adalah ikhtiar.

Kembali lagi kepada objek yang digunakan. Bahwa,

…..ketersediaan objek, cara mendapatkan objek dan pasti ada harga tertentu yang harus dibayar pada setiap objek yang akan digunakan apalagi jika terdapat kegagalan. Tidak mengherankan jika ada yang keberatan dengan proses vaksinasi yang diselenggarakan oleh pemerintah. Saya rasa wajar. Sesuatu yang baru pasti akan menimbulkan kesan yang beragam. Apalagi tidak ada jaminan bahwa kehidupan ini akan aman setelah vaksinasi yang menyangkut nyawa manusia. Pasti banyak kekhawatiran yang muncul. Yang awalnya ingin hidup lebih lama, lebih aman, lebih bahagia malah harus berhadapan dengan ‘kesialan’. Tetapi bagaimana kita akan menemukan kehidupan yang baru tanpa bereksperimen. Saya yakin obat-obat yang diberikan dokter untuk mengobati pasien awalnya juga merupakan eksperimen. Dan dari eksperimen itu juga pasti ada kegagalan-kegagalan yang dialami sebelum akhirnya menemukan obat yang benar-benar dapat melawan penyakit tertentu. Bahkan para dokter awalnya juga akan melakukan kesalahan dalam menempelkan jarum suntik.

Jadi masalah sesungguhnya ada pada objek atau kegagalannya? Lalu bagaimana dengan guru? Bukankah pekerjaannya juga disebut eksperimen? Bukankah eksperimen dari para guru terkadang juga menimbulkan kerusakan dan kematian?

Ya benar. Tetapi meskipun objeknya juga manusia namun jika eksperimen ini gagal, saya rasa masih dapat diperbaiki dengan menggunakan objek yang sama. Dan juga efek dari kegagalan eksperimen ini bersifat tidak langsung dan banyak melibatkan faktor lainnya. Akan berbeda dengan nyawa. Bagaimana orang yang tidak mengetahui darimana asal nyawa dapat membayar atas nyawa yang hilang akibat dari kegagalan eksperimen?

‘Awaken’ menyajikan kisah eksperimen illegal dengan objek manusia. Meskipun pernah mengalami kegagalan dan kegiatannya dilarang namun demi memuaskan kepentingan beberapa orang, eksperimen itu tetap dilakukan secara diam-diam. Tidak ada sesuatu yang mendesak atau urgen dalam cerita ini. Jadi bisa disimpulkan hal itu merupakan perilaku yang sangat tidak manusiawi. Berbeda dengan vaksinasi yang diselenggarakan di dunia nyata yang memang ada sesuatu yang mendesak atau urgensi. Yaitu pandemi yang sudah berjalan selama satu tahun lebih telah melumpuhkan segala aktivitas. Ancamannya tidak hanya sekedar kanvas yang robek atau bangunan yang roboh. Lebih dari itu; terputusnya rantai kehidupan hingga punahnya kehidupan di dunia ini. Bagi mereka yang percaya kiamat pasti tidak aneh dengan berakhirnya kehidupan ini. Namun apa gunanya akal manusia jika tidak ada usaha sama sekali?

Intinya mau menerima vaksinasi atau tidak itu hak setiap orang. Mau setuju atau tidak dengan usaha pemerintah itu hak setiap orang. Hanya jika merasa tidak yakin dengan ikhtiar vaksinasi ini seharusnya juga menawarkan solusi lainnya untuk situasi yang tidak boleh dianggap sepele ini. Melakukan eksperimen dan menemukan cara untuk memutus dan mengakhiri pandemi ini merupakan sikap yang lebih bijak. Jadi semuanya sama-sama berikhtiar. Tinggal ikhtiar siapa yang minim kegagalan dan dapat menjadi solusi untuk masalah yang terjadi. Jika tidak kuasa untuk mencari solusi maka solusi terbaik memang harus taqlid kepada yang sudah menemukan cara. Ya mau bagaimana lagi. Ini menyangkut kehidupan banyak makhluk dan setiap manusia terikat dengan kehidupan ini.

Dan akhirnya ‘awaken’ segera menutup penayangannya. Namun masih banyak misteri yang belum terpecahkan, pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab. Memang drama atau film yang bertema eksperimen terhadap manusia biasanya tidak memiliki akhir yang jelas. Mungkin karena cerita yang disuguhkan di luar akal manusia (nyleneh). Semoga ending ‘awaken’ tidak menggantung para penonton. Dan semoga tulisan yang ngalor ngidul ini menjadi bahan diskusi yang menarik untuk pembahasan selanjutnya.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

JTL-My Lecon lyric and translate

TAMAT

Untuk Saling Mengingatkan Tanggung Jawab