Untuk Saling Mengingatkan Tanggung Jawab

Manusia itu makhluk yang luar biasa tapi juga menakutkan. Bagaimana tidak? Mereka dapat mengendalikan laju kehidupan sesuai keinginan mereka. Tentu hal ini tidak semuanya. Tetapi dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain manusia berada pada posisi teratas. Batu yang sangat keras akan meleleh dengan mudah di tangan manusia. Lautan yang luasnya melebihi daratan akan dilipatnya tanpa ada ombak yang harus digulung. Makhluk hidup yang paling buas atau paling beracun akan takluk di hadapan mereka. Bahkan angkasa raya ini telah dijadikan tempatnya untuk bertukar keberuntungan. Memang sangat luar biasa peran yang dimiliki para khalifah ini. Peran yang diberikan oleh Tuhan semenjak manusia pertama diciptakan; membangun peradaban serta menjaga kelestarian untuk seluruh penduduk bumi.

Manusia memiliki tubuh yang kecil dan lembut. Langkah kakinya pendek dan lajunya tidak lebih kencang daripada kucing. Padanya tidak dibekali racun untuk melindungi diri ataupun sejenis taring, tanduk, cakar untuk menangkal bahaya. Mereka hanya dapat bertahan di daratan. Jangankan mengudara seperti halnya burung, untuk memanjat saja tidak semua dapat melakukannya. Mereka hidup dengan makan dan minum. Mereka tidur dan juga berkembang biak. Ada darah yang mengalir di tubuhnya, oksigen yang mengisi paru-parunya serta saraf yang mengendalikan gerak tubuhnya. Namun gelar khalifah (pemimpin) membuat mereka adalah penguasa meskipun sebenarnya cukup lemah. Dan itu merupakan gelar tertinggi yang telah mengawali, menanamkan, melestarikan dan mungkin juga merusak peradaban di bumi yang luas ini.

Meskipun kelihatannya cukup lemah, namun suatu peradaban hanya dapat dibangun dengan adanya campur tangan manusia karena mereka dibekali akal yang dapat menjangkau seluruh alam semesta ini. Mereka tidak dibekali dengan taring, tetapi mereka membuat senjata yang lebih tajam dan kuat untuk melukai bahkan membunuh lawannya. Mereka tidak dapat bertahan di lautan, tetapi mereka dapat menghemat oksigen yang dibawanya dari daratan. Mereka tidak memiliki sayap untuk sampai ke puncak gunung dengan cepat, tetapi mereka dapat melewati beberapa puncak sekaligus hanya dengan duduk terpejam. Tubuh mereka tidak dapat memproduksi racun, tetapi jika anda mengganggunya akan keluar racun entah dari mulut, tangan atau perangainya. Semuanya dapat dikendalikan semaunya.

Rata-rata umur manusia sekarang ini adalah 65-80 tahunan. Tidak sedikit yang kurang dari itu tetapi hanya sedikit yang masih bertahan hingga usia 90 tahun. Pada usia emasnya mereka akan mencoba untuk memenuhi segala kebutuhan dan nafsunya. Semua kemanfaatan juga diberikan kepada mereka. Tetapi selain memiliki nafsu yang tinggi mereka juga terkenal egois. Ya mereka makhluk yang egois. Jika sudah tidak beryawa mereka tidak akan tahu lagi bagaimaana wujud bumi ini. Mereka hanya hidup pada zamannya. Mereka melihat dengan mata yang akan membusuk jika sudah tidak bernyawa. Apa yang diperbuat akan dinikmati selama rentang kehidupannya. Mereka yang sudah mati tidak dapat bertukar pesan dengan yang masih hidup. Praktis tidak ada yang menghentikan keegoisan mereka.

Di samping itu perlahan bumi ini melemah seiring dengan usianya yang terus menua. Belum lagi perilaku para khalifah yang cukup egois telah menambah beban bumi yang dulunya dipenuhi keindahan dan kesuburan. Mereka hanya hidup untuk diri mereka sendiri, meskipun tahu jika sudah ada kehidupan sebelum mereka dan akan ada kehidupan setelah mereka. Apapun akan dilakukannya untuk menunjukkan betapa unggul kelompoknya yang tentu ini jelas menunjukkan betapa egoisnya mereka. Apa yang dirasa menghalangi konsepnya akan disingkirkan. Mereka saling berlomba untuk menjadi yang terbaik menurut versi masing-masing. Tidak ada kompromi apalagi belas kasih. Semuanya dilakukan semata-mata untuk memuaskan isi perut, mata, mulut, telinga, tangan juga akalnya.

Tidak ada yang tajam dari bentuk tubuhnya, tetapi semuanya dapat berubah menjadi senjata yang sangat tajam. Lidahnya lunak dan tidak beracun, tetapi lebih beracun dari racun yang paling mematikan. Tulang tangannya lemah dan mudah retak jika dihantamkan ke benda padat. Tetapi dengan itu mereka dapat membuat apapun yang ada di bumi ini tunduk bahkan membuat seisi dunia ini saling menumpahkan darah. Bumi beserta isinya memang diserahkan kepada mereka; kelompok paling unggul. Mereka bertanggung jawab untuk menjaga kekayaan serta kelestarian alam, keberlangsungan kehidupan penduduk bumi hingga lingkungan sosial yang menciptakan peradaban. Tanggung jawab yang akan terus berlanjut dari generasi ke generasi. Sayangnya hal ini tidak disertai dengan iktikad yang baik.

Sudahkan anda memenuhi tanggung jawab sebagai khalifah ini? Sudahkah anda benar-benar memperhatikan segala sesuatu di sekeliling yang menjadi tanggung jawab anda? Apa yang telah anda lakukan selama ini sebagai khalifah, pemimpin juga pengendali kehidupan di bumi? Tanggung jawab akan tetap menjadi tanggung jawab. Suatu saat pasti ditagih. Para pimpinan organisasi, pemangku kebijakan, serta profesi keahlian lainnya memiliki tugas dan tanggung jawab yang akan selalu diawasi dan diminta pembuktiannya. Lalu sebagai khalifah  sudahkah anda membuktikan bahwa anda telah melaksanakan tanggung jawab ini? Jika belum berarti anda semua telah dzalim terhadap posisi ini. Jika di bumi ini anda hanya bersenang-senang menuruti nafsu, maka anda telah menyalahgunakan tanggung jawab ini.

Beberapa waktu lalu pada sebuah talkshow program radio, salah satu dosen yang kebetulan saya tidak pernah berkesempatan mengikuti kuliah beliau tetapi sangat mengagumi beliau, mengatakan sesuatu berkaitan dengan hal tanggung jawab. Kala itu bertepatan dengan hari anak nasional dengan tema memenuhi hak anak saat pandemi. “Untuk membesarkan satu orang anak itu menjadi tanggung jawab satu kampung ,” itu kalimat beliau yang sangat mebekas. Seorang anak tumbuh dan berkembang di suatu lingkungan sosial dan orang dewasa harus selalu berhati-hati dalam hal tindakan, ucapan serta gerak-geriknya di depan anak. Anak harus dipastikan tumbuh dengan mendapatkan hak nya sebagai seorang anak. Jika di sekitar anda masih ada anak maka anda ikut menjadi bagian dari tanggung jawab ini. Begitu kira-kira yang disampaikan beliau.

Selanjutnya saya mencoba mengembalikan kepada diri saya sendiri. Sudahkah saya berhati-hati dalam tindakan, ucapan dan gerak-gerik untuk anak-anak yang ada di sekitar saya? Bagaimana mereka melihat saya? Apakah saya pantas disebut orang dewasa yang seharusnya memberikan contoh kepada mereka? Karena faktanya di kanan, kiri, depan, belakang semua ada anak-anak. Saudara dekat dan jauh semuanya memiliki anak kecil yang harus saya jaga hak nya. Benar kata beliau. Saya adalah bagian dari tanggung jawab itu. Jangan sampai perilaku dan ucapan saya menghancurkan masa kanak-kanak mereka. Mereka harus tumbuh dengan baik. Jangan sampai teracuni oleh kita para orang dewasa yang egois. Terlebih manusia adalah khalifah yang bertanggung jawab atas keberlangsungan kehidupan di bumi.

Lalu bagaimana dengan yang selain anak-anak? Apakah manusia bisa seenaknya sendiri? Apakah boleh bersikap, berlaku dan berkata sesuka hati? Sudah pasti tidak. Jika lupa mari saling mengingatkan. Tanggung jawab sebagai khalifah itu mencakup semua yang ada di bumi ini bukan? Lingkungan sekitar, hewan, tumbuhan, benda mati, anak-anak, dewasa maupun lansia, yang masih bernyawa ataupun tak bernyawa. Jadi manusia hidup bukan hanya untuk dirinya sendiri dan hanya untuk saat ini. Banyak kehidupan yang harus diperhatikan, nyawa yang harus dilindungi, harmoni yang harus dijaga agar tata kehidupan bumi ini tetap lestari dan kokoh. Namun nyatanya, kesana kemari banyak lidah yang terus menyemburkan racun. Mata dan telinga yang tak pernah berhenti untuk mencari mangsa.

Ada sebuah berita duka yang terjadi di sekitar saya beberapa waktu lalu. Disebutkan seorang pemuda yang nekat mengakhiri hidupnya diduga karena tekanan hidup. Entah apa dan siapa yang menekannya, saya tidak pernah benar-benar menggali berita ini. Belum lama ini juga ada siswi sebuah sekolah menengah yang ditemukan menggantungkan diri di depan kelas. Diduga kuat motifnya karena asmara. Sedikit yang mengatakan karena perundungan. Setelahnya banyak artikel dan ruang diskusi yang membahas tentang peristiwa yang memilukan ini. Bagaimana bisa seorang remaja yang masih memiliki berjuta-juta mimpi berani mengambil keputusan ini? Kemana orangtua, guru khususnya wali kelas dan guru BK selama siswi ini berada pada masa sulitnya? Begitulah semuanya saling melempar salah dan tanggung jawab.

Jika boleh berpendapat, saya akan mengatakan semuanya salah. Semuanya sudah salah sejak awal. Orangtua, teman, guru, tetangga dan semua yang berada di sekelilingnya. Bukan keputusan yang mudah juga bukan keputusan yang asal. Dia pasti sudah berada pada titik terendahnya. Sudah benar-benar putus asa dan habis oleh tekanan-tekanan yang menyerangnya. Entah tekanan dari orangtua, teman, guru, tetangga dan lainnya. Ironisnya tidak ada yang menguatkan dan memberikan energi positif kepadanya. Jikapun dia memilih untuk bungkam itu karena dia sudah mengira apa jawaban dari orang-orang jika ia buka suara. Dan itu membuatnya semakin putus asa. Alhasil dengan penuh keyakinan dia memilih jalan yang dianggap dapat membebaskan dirinya dari segala tekanan yang menyerangnya.

Sama hal nya dengan kasus pemuda tadi. Orang-orang di sekelilingnya mengaku tidak pernah merundung, memusihi atau menekannya. Mereka percaya dengan semuanya baik-baik saja. Benar begitu? Lalu dia sampai nekat seperti itu karena apa coba kalau bukan tekanan? Jika masih percaya dengan slogan everything is ok berarti kita semua telah abai, acuh, suka  menutup mata dan telinga atas hal-hal yang terjadi di sekitar. Benar mereka berkata tidak pernah merundung, memusuhi atau menyakiti. Tetapi tanpa disadai perilaku mereka terus menerus memberi tekanan yang luar biasa. Gaya hidup, sapaan, gunjingan, cemoohan, standar kesuksesan, persaingan, semuanya ramai memenuhi ruang udara ini. Sedangkan mata dan telinga manusia terbuka lebar. Mereka mendengar dan menyaksikan huru-hara ini setiap hari.

Manusia dianugerahi dengan perbedaan; bentuk fisik, kemampuan, pengalaman, lingkungan juga takdirnya. Ada takdir yang dapat diusahakan, pun juga ada takdir yang tidak dapat dipaksakan. Mereka sepenuhnya sadar jika saling berbeda. Tetapi mereka menciptakan standar kehidupan yang sama. Umur 25 harus begini, umur 30 harus punya ini, jika bepergian harus memakai ini. Jika punya ini maka status sosial akan tinggi, jika hanya begini maka akan dipandang sebelah mata. Jika tidak melakukan seperti orang lain akan dianggap berbeda, jika berbeda artinya orang asing; bukan kelompok kami. Benar, tidak ada aturan tertulis atas itu semua. Juga benar tidak pernah dipaksa untuk memenuhi itu semua. Tetapi manusia punya nafsu, keinginan. Naluri meraka selalu ingin menjadi yang terbaik karena mereka adalah makhluk yang paling unggul.

Ini mengingatkan saya pada banyaknya kasus suicide yang terjadi di Negara tetangga. Banyak warganya yang sering dikabarkan memilih jalan ini untuk menyelesaikan permasalahan katanya. Alasannya bermacam-macam. Ada yang dilecehkan, terkena rundungan, terlilit hutang, tidak lulus ujian, terkena penganiayaan. Tetapi ada juga beberapa yang tidak pernah berhutang, memiliki musuh, atau lainnya. Mereka hanya orang yang memiliki kehidupan biasa dengan segudang prestasi dan pencapaian. Orang-orang disekelilingnya menangisi dan menyesali setelahnya karena menganggap selama ini everything is ok. Lalu mengapa? Mengapa dan mengapa yang diikuti tanda tanya besar. Setelah diselidiki mendalam ternyata mereka tertekan oleh standar hidup yang ada. Mereka merasa kurang meskipun sudah berusaha. Malu dan putus asa akibat tidak bisa memenuhi standar itu.

Sangat disayangkan bukan. Jika sudah kehilangan nyawa baru ada tangisan, penyesalan, uluran tangan dan suara-suara menenangkan yang entah itu tulus atau hanya fulus. Sedang nyawa yang sudah melayang tidak dapat bangun dari ranjang lagi. Tidak sedikit juga yang malah memberikan komentar negatif yang sangat tidak pantas. Mereka hanya mau memposisikan diri sebagai penonton lapangan dan hampir tidak ada yang mau mencoba menjadi aktor lapangan. Para penonton itu hanya akan menggunjing, mencemooh, dan mendorong ke tepi jurang. Mereka suka membanding-bandingkan, kemudian mengecilkan sesuatu di luar dirinya hingga menganggap yang lain itu hanya figuran yang tidak penting. Padahal setiap orang adalah tokoh utama dalam ceritanya sendiri. Itukah sikap seorang khalifah yang diciptakan sebagai kelompok paling unggul?

Semua yang ada di sekeliling kita adalah tanggung jawab kita. Bukan begitu? Sikap, ucapan, tindakan yang kita ciptakan akan selalu berdampak; baik juga buruk. Jika ada seseorang yang suka menangis bukan berarti dia cengeng. Jika ada yang suka tersinggung bukan berarti dia tidak mau berkompromi. Jika ada yang mudah terluka bukan berarti dia berlebihan. Jika ada yang tidak pernah mengeluh bukan berarti dia sekuat baja. Jika ada yang selalu membantu bukan berarti dia tidak butuh bantuan dari yang lain. Tidak ada salahnya menanyakan keadaan, bertukar keresahan untuk menjernihkan pikiran yang kalut. Setiap manusia diciptakan dengan kekuatan, emosi serta perangai yang berbeda. Jika sebagai penonton kita merasa permasalahan itu amat sepele, belum tentu ketika bertukar peran kita masih dapat mengatakan hal yang sama.

Pemuda itu putus asa sebab tak ada jalan untuk lari dari desakan orang di sekelilingnya. Mereka terus saja mendorong pemuda tersebut hingga dia nyaris terperosok. Dan malangnya di saat seperti itu tidak ada seorang pun yang mengulurkan tangan untuk menariknya. Kemudian di saat siswi itu hampir tenggelam oleh ketakutannya, mereka yang ada di sekitar hanya menganggap itu biasa bagi anak-anak yang sedang belajar menjelajahi hidup. Hingga akhirnya dia benar-benar tenggelam dan tak muncul lagi ke permukaan. Semua terjadi karena manusia terlalu abai. Gaya hidup macam apa ini? Untuk apa menjadi dewasa jika tidak ada satupun yang dapat memeluk gadis malang itu?

Seandainya mereka mau bersikap peduli sedikit saja. Jika saja tidak ada standar hidup yang mengharuskan ini dan itu. Seandainya basa-basi itu benar-benar basi mungkin akan lebih menyejukkan. Dan alangkah menyenangkannya untuk tidak perlu menunduk jika terpaksa harus berbeda. Karena memang pada dasarnya semuanya berbeda. Ada yang sudah begini di 25 awal. Ada yang baru begini menjelang 30. Ada yang cukup mudah untuk melompati batu itu, sedang yang lainnya merasa kesulitan bahkan setelah berkali mencoba. Ya mungkin tidak dengan melompat melainkan berenang atau merangkak. Atau juga sebenarnya bukan batu itu persinggahannya. Untuk itu selalu saling mengingatkan bahwa ada yang dapat diusahakan dan ada yang tidak dapat dipaksakan.

Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

JTL-My Lecon lyric and translate

TAMAT