Kisah di Akhir Tahun

Kisah saya ini saya tulis berharap saya akan terus mengingat bagaimana jantung saya berdegup oleh keberuntungan yang saya peroleh hari ini.

Hari ini ketika saya mendapat undangan untuk menghadiri sebuah acara di suatu tempat. Berangkat dengan segala sesuatu yang terburu-buru, kemudian sampai di tempat acara yang saya tuju. Belum banyak yang hadir. Padahal saya sudah berpikir akan termakan malu karena terlambat. Kemudian saya dipersilahkan mengisi bangku kosong sebelah barat yang menandakan itu adalah barisan untuk para ibu-ibu. Saya duduk agak belakang agar lebih leluasa saat saya meminum obat nanti. Juga untuk menghormati atau menghindari sorot mata hadirin lainnya dan sorot lensa kamera mengingat acara akan disiarkan secara live.

Alunan alat musik dan gema suara sekelompok orang dengan terus menyuarakan nama Rasulullah menemani lamunan saya yang sedang menunggu acara dimulai. Tampak beberapa hadirin bersahutan mengabadikan isi ruangan, terutama panggung yang dihiasi lampu-lampu. Hadirin dari kalangan ibu-ibu yang datang setelah saya bergantian saling menyapa dengan salam yang khas dari sorot mata mereka. Karena memang suasana masih di tengah pandemi, maka protokol kesehatan harus tetap menjadi prioritas dimanapun berada. Pun begitu saya masih tergugu dengan lamunan saya sembari terus mengecek arloji di pergelangan memastikan kapan saatnya untuk menelan obat.

Ada suara gemuruh di tengah lamunan dengan perasaan gelisah dan juga mulai bosan karena pinggang sudah mulai memanas. Kemudian perlahan kesadaran saya berkumpul untuk melihat apa yang terjadi. Oh…. Tamu VIP dan tokoh yang mengisi acara telah hadir di tempat. Saya berdiri sambil mengagguk. Tetapi setelah itu saya terdongak kaget. Mata saya membesar dan mulut terbuka mendadak. Siapa kiranya baru saja melintas di depan saya?. Hampir-hampir tidak percaya saya meluruskan pandangan ke orang tersebut yang mengambil duduk tiga baris di depan saya. Beliau. Ya beliau. Beliau yang saya kagumi. Beliau yang penuh kehangatan. Seketika kegembiraan saya melonjak hingga bunyi jantung terasa jedug-jedug mendahului nafas saya. Mata saya masih terbuka lebar juga lidah yang bergerak-gerak mengikuti irama detak jantung.

Kegembiraan apa ini. Keberuntungan apa ini. Hingga saya belum bisa melepas pandang dari deretan bangku itu. Suasana yang meleburkan lamunan saya sejak duduk dan juga membuang kegelisahan. Kalimat-kalimat yang memerlukan tanggapan dan jawaban seketika terlintas yang sebenarnya tidak membutuhkan jawaban. Seperti, benarkah itu? Keperluan apa? Kok bisa? Tumben?. Rasanya semakin tidak pantas untuk memikirkan jawabannya. Lalu kalimat selanjutnya seperti, ada apa dengan saya? Pantaskah? Harus bagaimana? Apa ini?. Harapan, impian, kekuatan, tekad dan sesuatu yang positif membersamai kedatangan belaiu. Sudah lama sejak saya menulis tentang beliau. Apalagi saat pertama kali saya diberi kesempatan untuk bertemu beliau setiap minggu. Namun hari ini, secara tidak terduga saya kembali lagi dipertemukan dalam satu ruangan meskipun tidak sepatah kata yang bisa saya dengar dari beliau. Namun hal ini saya akui telah mengubah aura di atas ubun-ubun saya kembali terang.

Kantuk dan nyeri semakin menguat. Sesekali saya pandangi bahu beliau. Ya karena saya ada di barisan belakang jadi memang tidak mungkin untuk memandang dari sisi depan. Saya mulai melakukan hal bodoh. Meniru gerakan kaki beliau untuk mengusir kantuk saya. Gerakan kaki menyilang, menekuk, kembali lurus. Sebentar saya memaki diri saya sendiri karena memiliki kaki yang pendek meskipun tahu itu tidak dibenarkan. Kaki beliau panjang jadi serasa nyaman saat bergerak. Sedangkan kaki saya pendek membuatnya sedikit menggantung dan susah untuk bersandar ke lantai. Beberapa kalimat mendatangi pikiran lagi. Apa yang beliau lakukan itu untuk mengusir nyeri pinggang saat duduk terlalu lama. Apakah dapat berfokus pada dua atau tiga acara sekaligus. Saya akan menantikan ulasan beliau tentang hari ini. Karena hanya itu yang dapat saya nantikan. Tetapi apakah mungkin? Karena saya tahu atau lebih tepatnya sok tahu bahwa beliau harus memilah kegiatan mana yang pantas diberi ulasan untuk selanjutnya dibagikan ke pengikutnya.

Doa saya semoga beliau tetap sehat, bahagia bersama keluarga serta kerabatnya, terus berkarya menginspirasi banyak orang, menumbuhkan dan menguatkan mimpi orang-orang yang punya impian, tekad dan kemampuan untuk menjadi besar seperti beliau. Dan semoga keberuntungan yang saya dapatkan hari ini akan terus saya peroleh di kemudian hari. Tidak hanya tentang sebatas pertemuan namun juga menjadi bagian dari rencana baik Tuhan. Dan nama acara yang saya ikuti hari ini adalah Haflah Akhirussanah Kubro Program Madin IAIN Tulungagung 2019/2020 yang diselenggarakan secara virtual.

Sekian…..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JTL-My Lecon lyric and translate

TAMAT

Untuk Saling Mengingatkan Tanggung Jawab