Perbedaan adalah hal yang biasa
Alasan orang sering bertengkar
selama ini adalah akarena perbedaan pendapat satu sama lain. Perbedaan inilah
yang menyebabkan orang saling berebut benar dan saling melemparkan salah.
Masing-masing ingin dianggap benar dan bahkan untuk slah sendiri merupakan
‘kesalahan’. Maka untuk mempertahankan pendapat yang dianggap benar, mereka
rela melakukan perdebatan dengan yang lain. Dalam perdebatan ini tidak jarang
terjadi permusuhan, kekerasan dan bahkan perpecahan. Yang lebih mengerikan lagi
adalah hanya ketika merasa orang lain tidak sependapat dan menilai orang lain
salah tanpa ada dialog, perdebatan, bahkan tidak saling mengenal, tetapi
langsung menggunakan kekerasan yang akhirnya menimpa mereka yang tidak terlibat
dan tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Hanya karena ingin dianggap benar,
sekedar mempertahankan pendapatnya ataupun hanya untuk menunjukkan existensi
sudah dilakukan oleh manusia sejak dahulu. Padahal kebenaran yang diperebutkan
itu belum jelas adanya. Menganggap diri sendiri yang paling benar atau orang
lain yang paling benar adalah hak dari semua orang untuk berpendapat. Tidak ada
yang mutlak dapat membenarkan atau menyalahkan suatu hal. Ada kebenaran yang
diyakini oleh banyak orang, tetapi itu hanya sekedar menyetujui hal yang sama oleh
mereka yang sama-sama meyakini kebenarannya. Semuanya itu dapat diperoleh
melalui dialog dan komunikasi. Tetapi tetap kebenaran tersebut tidak berlaku
bagi kelompok lain. Maka dari itu teman saya pernah mengatakan bahwa kebenaran
mutlak itu sebenarnya tidak ada. (…????????)
Mengenai perbedaan pendapat itu
sudah jelas adanya karena masing-masing orang itu berbeda. Adain Husaini
mengatakan bahwa manusia itu telah dikaruniai akal dengan kadar kemampuan dan
jenis serta jumlah informasi yang berbeda. Jadi satu dengan yang lain itu
dimungkinkan memahami tentang sesuatu pun dengan berbeda pula. Dalam kasus rupa
wajah saja tidak ada yang sama –hanya mungkin sekedar mirip- apalagi dengan
akal manusia yang sangat rumit adanya. Seperti cara pandang anak kecil dengan
orang dewasa tentang matahari tentu akan berbeda. Juga cara pandang antara
dokter dan koki tentang pisau pun juga akan berbeda. Pendapat masing-masing
orang juga akan berubah siring dengan perubahan yang dialaminya. Kemarin,
sekarang dan besuk akan sangat berbeda.
Lebih dalam perbedaan mengenai
keyakinan dan jalan yang dilalui dalam hidup ini. Hal yang diyakini benar,
dijadikan pedoman, tuntunan dankepercayaan dalam menjalani hidup dan memaknai
kehidupan. Apakah yang ‘anda’ yakini sekarang itu benar?. Jika saya harus
menjawabnya maka saya akan menjawab, ‘saya tidak dapat menjamin bahwa ini
benar. Karena saya bukanlah orang special yang diberi tugas untuk menjamin
bahkan menjanjikan kebenaran atau melihat langsung kebenaran tersebut. ‘Beliu’
yang telah ditugasi untuk menyampaikan kebenaran itu telah menjelaskan secara
rinci tentang konsep serta segala konsekuensinya. Banyak yang telah mengakuinya
dan ikut menyebarkan berita tersebut hingga akhirnya sampai kepada saya. Saya
mengakuinya karena merasa nyaman dan inilah yang paling sempurna di logika dari
yang lain. Tidak akan pernah menyesal dan yakin bahwa yang saya pilih ini benar
karena yakin ‘beliau’ membawa konsep tentang kebenaran yang sesungguhnya.
Diyakini atau tidak bahwa perbedaan
itu akan selalu ada. Tetapi yang tidak dibenarkan adalah adanya kekerasan yang
menyebabkan kerusakan dan perpecahan. Di negara Indonesia ini adalah sebuah
negara hukum dan segala sesuatunya diatur dalam hukum. Begitu juga dengan segala
tindak kekerasan telah diatur dalam sebuah undang-undang. Dan seperti yang
telah diketahi bahwa apapun bentuk dari kekerasan tetap tidak dibenarkan. Karena
kekersan yang dilakukan akan menimbulkan dampak yang buruk baik dari segi fisik
serta psikis.
Menurut sejarah Islam, Rasulullah
pernah membuat suatu perjanjian yang dikenal dengan ‘Piagam Madinah’. Dan
menurut sejarah itu merupakan konstitusi tulis pertama di dunia. Dalam rangka
melindungi dan menjaga umatnya agar dapat hidup dan beribadah dengan rasa aman
dari kelompok lain beliau teah merestui adanya toleransi. Hidup bersama dengan
kelompok lain, saling menghormati dan saling memberi jalan bahkan beliau restui
selama semuanya merasa aman dalam beribadah dan melanjutkan kehidupan. Karena
semunya memiliki alasan masing-masing yang dianggapnya benar. Terdapat ayat
dalam al-Qur’an yang menjelaskan bagaimana menghadapi perbedaan.
“untukmu agamamu, dan untukkulah,
agamaku." (QS.Al-Kafirun:6)
Perdebatan dibenarkan asalkan
dengan melakukan dialog yang baik agar menemukan kesepakatan atau titik terang
bukan untuk menghancurkan yang lain dan melakukan hal yang buruk. Jika dalam
dialog tidak terjadi sebuah kesepakatan, jangan memaksa mereka untuk
membenarkan milik kita karena mungkin mereka mempunyai alasan lain yang
dianggapnya paling benar. Saling menghormati karena kita semua adalah makhluk
yang sama jenisnya. Kita semua pernah lahir dari proses yang sama dan pasti
akan mati suatu saat nanti.
“dan perangilah
di jalan Allah orang-orang yang memerangi
kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”(QS. A-Baqarah:190)
Komentar
Posting Komentar