Jangan membuang makanan

Ada hal menarik yang saya pelajari dari anak kecil sebelah ketika makan. Anak kecil yang mulai memfungsikan alat inderanya. Tidak hanya itu, tetapi juga karena rasa penasaran mereka terhadap ha-hal yang baru bagi mereka. Anak kecil tersebut memasukkan benda-benda ke dalam mulutnya, termasuk makanan. Jika mereka menemukan benda itu berupa makanan yang enak di makan, maka mereka akan memakannya bahkan menjilatnya sampai habis. Mereka juga akan mengambil beberapa potong makanan yang jatuh dan memakannya yang bagi orang dewasa disebut ‘jiji’.

Anak kecil tersebut masih suci. Pikiran mereka masih sederhana. Mereka hanya tahu bahwa makanan itu harus dimakan dan tidak harus dibuang. Mereka belum mengerti tentang sikap menghargai bahkan tentang harga diri. Di balik kesederhanaan mereka itu lah ada sisi yang tidak pernah kita temui pada kebanyakan orang dewasa sekarang. Hanya karena harga diri dan status, mereka selalu menyia-nyiakan makanan. Padahal di luar sana masih banyak orang yang susah hanya untuk sekedar makan. Untuk apa berbicara mengenai harga diri jika tidak dapat menghargai hal-hal yang sederhana seperti itu?

Sangat menarik sekali. Orang-orang dewasa dulunya juga merupakan anak kecil seperti mereka. Pribadi yang amat sederhana. Tetapi karena fase-fase hidup yang telah mereka lalui, akhirnya mengubah mereka menjadi pribadi yang acuh. Perubahan pada orang dewasa semata-mata disebabkan oleh hiruk-pikuk dunia, status, sehingga mempengaruhi gaya hidup. Kita yang seharusnya telah memiliki fungsi akal yang sempurna, ilmu pengetahuan serta pengalaman yang banyak justru memilih untuk melakukan hal yang tidak berbudaya. Juga karena alasan kemajuan zaman, perilaku tersebut menjadi budaya yang tidak berbudaya.

Di tempat saya kecil dahulu ada sebuah mitos yang melegenda tentang makanan. Para orang tua sering menasehati anaknya dengan cerita ini ketika makan. Yaitu “ketika kamu tidak menghabiskan makanan yang telah kamu ambil, maka ayam peliharaan kamu akan mati”. Memang orang-orang di desa biasanya memelihara hewan seperti sapi, kerbau, ayam, itik, bebek dan sebagainya sebagai penghasilan tambahan di samping bertani dan berkebun. Mereka sangat perhatian dan merawatnya dengan baik. Tidak heran mitos tersebut sangat di yakini bahkan berkembang dan bertahan turun-temurun.

Seiring dengan kemajuan zaman dan masuknya teknologi modern ke tempat itu, masyarakat kini lebih memilih bekerja di kantor, perusahaan, pabrik dan tempat lainnya yang dapat menghasilkan banyak uang. Kehidupan di tempat itu juga berubah dengan gaya hidup yang lebih modern. Pola pikir masyarakatnya telah berubah pula. Mereka mengaku lebih pintar dan maju. Sekarang jarang menemukan rumah yang masih memelihara hewan seperti itu. Entah mitos tersebut masih diajarkan atau sudah hilang. Tetapi saya yakin masih ada beberapa yang mengajarkannya, meskipun dengan bahasa dan gaya yang berbeda. Alasannya karena itu bukanlah hal yang buruk.

Berbicara mengenai makanan berarti juga berbicara mengenai kepuasan. Yang dibutuhkan orang ketika makan adalah rasa kenyang. Perasaan itu yang tahu hanya diri kita sendiri bukan orang lain. Manusia itu tidak akan pernah puas, selalu kurang dan itu sudah merupakan kodrat. Kepuasan dapat diperoleh ketika kita mau bersyukur dengan apa yang telah didapat, bukan malah menyesali dengan apa yang belum didapat. Saya sering mendengar cerita bahwa ada orang yang hidup sederhana tanpa kekuasaan, status dan uang yang banyak tetapi menolak menerima bantuan dari orang lain. Alasannya sangat sederhana tetapi tidak sesederhana itu. Mereka mengaku jika mereka sudah berkecukupan dan ada yang lebih pantas menerimanya.

Di saat banyak orang yang ramai memperebutkan uang dan kekuasaan mereka justru berpikir sebaliknya. Berarti dapat dikatakan bahwa kepuasan bukan merupakan hal sederhana seperti yang  kita pikirkan selama ini. Atau juga karena mereka punya perilaku selalu menghargai makanan. Keadaan mereka yang pas-pasan mendorong mereka untuk hidup tidak menyia-nyiakan makanan karena mereka tahu betapa berharganya. Akhirnya berkah itu berupa sesuatu yang hanya mereka yang dapat merasakan. Selalu merasa cukup dan merasa damai. Tidak seperti saya dan kebanyakan orang yang justru menjadikan makanan sebagai pelampiasan dari nafsu buruk.

Sudah merupakan hal  nyata jika makanan itu ukurannya perut merasa kenyang. Setelah merasa kenyang, memperoleh tenaga, nutrisi tercukupi, apalagi yang dicari. Makan itu bukan karena punya banyak uang, kekuasaan, bukan juga status. Makan karena merasa lapar dan untuk memperoleh kekuatan serta energi. Seperti itulah keadaan yang sehat. Jika makan dan mengambil makanan hanya karena gaya hidup yang kekinian, maka itu merupakan penyakit sosial yang sangat buruk. Makanan diambil sesukanya, lalu membusuk di tong sampah.

Jika kamu muslim siapa lagi panutan yang pantas diikuti selain Nabi saw. Diantara kita pasti pernah mendengar sabda ataupun perilaku Nabi saw tentang adab ketika makan ataupun cara memperlakukan makanan. Banyak yang telah beliau ajarkan mengenai masalah makan, dan salah satunya adalah mengajarkan umatnya untuk tidak membuang makanan.

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا سَقَطَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ فَلْيُمِطْ عَنْهَا الْأَذَى وَلْيَأْكُلْهَا وَلَا يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ
dari Anas bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Apabila suapan makanan salah seorang diantara kalian jatuh, ambillah kembali lalu buang bagian yang kotor dan makanlah bagian yang bersih. Jangan dibiarkannya dimakan setan."

Dan lagi beliau sangat menghargai makanan dan juga mengajarkan untuk selalu menghargai makanan.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ مَا عَابَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ إِنْ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir Telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Al A'masy dari Abu Hazim dari Abu Hurairah ia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah mencela makanan sekali pun. Bila beliau berselera, maka beliau memakannya dan bila tak suka, maka beliau meninggalkannya.

Pernah ada sebuah acara di televisi yang mengupas tentang orang-orang yang biasa membuang makanan dan kerugiannya. Dikatakan bahwa itu sangat buruk. Kita telah membuang tidak hanya makanan dengan sia-sia. Tetapi juga tenaga dan biaya saat penanaman sampai panen. Limbah-limbah yang dihasilkan ketika makanan tersebut telah diolah menjadi makanan yang lezat. Lalu ketika proses penanamannya menggunakan pestisida yang sangat merusak lingungan. Ujung-ujungnya makanan itu dijadikan sampah dan masuk ke pembuangan yang mencemari lingkungan juga pada akhirnya.

Jika tubuh merasa butuh makanan untuk mendapatkan energi, maka ambil secukupnya. Sekarang banyak teknologi canggih dan manusia yang cerdas juga. Jadi tidak sulit untuk menemukan dan memilih jenis makanan yang dibutuhkan oleh tubuh. Bahkan para ahli kesehatan menuturkan bahwa sebagian besar penyakit yang ada sekarang ini disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi. Manusia-manusia yang cerdas ini harus berhati-hati dengan pola dan gaya makannya. Yang penting lagi adalah belajar menghargai makanan. Karena hidup itu penuh dengan misteri dan kita belum tahu misteri apa yang tersenbunyi di balik itu.

و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِلَعْقِ الْأَصَابِعِ وَالصَّحْفَةِ وَقَالَ إِنَّكُمْ لَا تَدْرُونَ فِي أَيِّهِ الْبَرَكَةُ
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah; Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin 'Uyainah dari Abu Az Zubair dari Jabir, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyuruh menjilati jari jemari tangan dan piring. Beliau bersabda: "Sesungguhnya kalian tidak mengetahui dimana letak barakahnya."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JTL-My Lecon lyric and translate

Sisi lain Daehan Minguk Manse

Perempuan adalah Makhluk yang dimuliakan ALLAH