Hanyalah pilihan
Berbicara mengenai
pilihan terkadang membuat kita seperti seorang “hakim” yang diberi wewenang
untuk memutuskan suatu hal. Dalam bahasan saya sebelumnya mengenai hal yang berpasangan, bukankah itu juga termasuk pilihan?. Juga topik mengenai
manusia merupakan makhluk yang mulia karena diberi akal juga merupakan bukti
tentang adanya suatu pilihan. Simak selanjutnya…
Bahkan Tuhan juga
menciptakan surga dan neraka. Pilih saja surga atau neraka. Surga
berarti hidup dengan mematuhi Tuhan dan neraka berarti hidup dengan
mengingkari Tuhan. Begitu pun dengan segala konsekuensinya. Hal paling
sederhana seperti pengalaman saya ketika melihat kamar berantakan. Pilihan atau
keputusan yang kita ambil akan berpengaruh pada hasilnya. Bandingkan ketika
saya memilih bergegas atau menunda membereskannya. Sudah tentu efek yang
ditimbulkan seketika itu akan berbeda.
Pernak-pernik di hidup
ini juga pilihan. Seperti memilih menikmati yang ada atau menyesali yang belum
ada. Memilih bekerja keras atau bermalas-malasan. Diam atau bergerak. Masa
depan juga merupakan pilihan. Mau jadi seperti apa kita nanti ?. Mau hidup yang
bagaimana kita kelak ?. Dari mana kita akan memulainya? Dari segelintir
pertanyaan itu akan ada sebuah jawaban yang pastinya hasil dari memilih juga.
Ketika kita sudah
mempunyai jawaban, kita akan dihadapkan dengan pilihan lagi. Bagaimana atau
dengan cara apa kita mencapainya ?. Bahkan ketika kita sudah berhasil mencapai
mimpi itu, saya memiliki anggapan akan dihadapkan dengan pilihan lagi.
Bagaimana kita akan menikmatinya ? . Bagaimana kita mempertahankannya ?. Dan
itu semua saya kira masih tetap berlanjut sampai “masa jabatan” kekuasaan
kita (manusia) di dunia ini berakhir.
Bahkan bagi sebagian
orang utuk hidup itu sendiri juga pilihan. Memilih meneruskan hidup atau mati.
Memilih tetap hidup berarti siap menghadapi apapun dengan segala
konsekuensinya. Sedangkan ketika memutuskan untuk mati siap mempertanggung
jawabkan perbuatannya di hadapan Tuhan. Memang kita (manusia) diberi wewenang
untuk memilih, bahkan kita telah diberi akal sejak lahir untuk memilih.
Dari apa yang saya
tulis di atas seolah-olah mengindikasikan bahwa kita (manusia) berkuasa dan
semua bergantung pada kita. Fakta tetaplah fakta bahwa Tuhan berkuasa atas
segalanya. Semua sudah digariskan jauh sebelum kita dilahirkan. Kita hanya
menjalani apa yang sudah menjadi kehendak-Nya. Termasuk manusia diberi hak
untuk memlilih juga atas kehendak-Nya. Bukankah ada sebuah takdir yang dapat
berubah jika kita mau merubahnya ?. Oleh karena itu manusia dianugerahi dengan
“akal” agar dapat menentukan hal yang benar dengan segala pertimbangannya. Maka
fungsikan “akal” ini sebelum membuat keputusan sebagaimana Tuhan
menganugerahkan kepada kita.
Jangan pernah percaya
kepada tulisan saya. Tapi percayalah kepada diri anda dengan bukti kebenaran yang
sudah anda temukan dan berusahalah menemukan kebenaran itu. Juga bertanggung
jawab dengan apa yang telah kita pilih.
Komentar
Posting Komentar