Postingan

Majnun Tidak Gila

            “Sudah dicatat di excel semuanya mbak Hara?” Tanya bu Bidan sambil menunjuk ke komputer.          “Sudah bu.”          “Oke. Markipul .. Mari kita pula~ng.”             Di luar prediksi, kegiatan posyandu balita pagi itu selesai dengan cepat karena tak ada kejadian khusus yang membutuhkan waktu lama. Dengan begitu Hara dapat beristirahat sejenak sebelum trip singkatnya esok hari.           “Besuk keretamu jam berapa Ra?”           “Jam enam. Pulang sekitar jam sepuluh.”             Hara langsung disambut oleh mas Ammar begitu tiba di rumah yang biasanya hanya terdengar suara bapak dan ibunya saja. Kecuali pada akhir pekan saat Fay pulang sebentar.            “Fay katanya mau pulang nanti?”            “Sengaja tak suruh pulang hari ini.”             Mengerut dahi mas Ammar, namun masih mendengarkan.           “Sebisa mungkin tiap akhir pekan tak suruh pulang.”             Hara mengganti pakaian dan meneguk minumannya dengan cepat lalu kembali dengan tas ranselnya.          

Melampaui Batas Gender

Gambar
Dokumen Pribadi Saya harus berhati-hati jika ingin membahas topik ini. Topik yang mungkin masih sangat tabu bagi sebagian orang meskipun kita tahu sudah banyak yang membahasnya di ruang diskusi maupun jurnal penelitian. Kapan dan darimana akar permasalahannya, yang jelas budaya patriarki sudah membudaya bersama dengan sejarah kehidupan manusia. Dari penjuru dunia barat hingga timur, dari generasi satu ke generasi lainnya serta di semua lapisan kegiatan masyarakat adalah hal yang lumrah jika laki-laki adalah seorang penguasa. Sebagai bukti, tidak banyak nama-nama perempuan yang dapat dijumpai dalam buku sejarah, legenda bahkan kitab suci. Jika pun ada mereka hanya sebagai pemanis atau pelengkap kisah tersebut. Artinya bahwa tokoh utamanya hampir kesemuanya adalah laki-laki yang digambarkan memiliki tubuh yang perkasa dan pemikiran yang bijaksana. ***** Menurut ilmu biologi manusia itu berkaitan dengan jenis kelamin; jantan dan betina. Sedangkan istilah laki-laki dan perempuan itu me

Berlebaran (lebar dan bar)

Gambar
edit gambar oleh penulis Tidak masalah apa yang dikenakan, dihidangkan, dibagikan atau apa saja yang diperlihatkan saat lebaran. Karena sejatinya bukan itu yang utama. Sebaliknya akan menjadi masalah jika tidak ada kerelaan dalam menyambut lebaran yang penuh suka cita ini. Yaitu bagaimana lebaran tidak hanya sebatas baju baru, kue lebaran dan bagi-bagi tehaer. Tetapi kita benar-benar saling berlebaran, lebar, bar ; melapangkan   hati dalam menyambut hari kemenangan. Beberapa hari sebelum lebaran tiba, saya mendapatkan pengajaran yang amat berharga. Sederhana tetapi sangat mulia. Bukan sesuatu yang baru juga karena yang seperti ini saya rasa sudah sering didengar di mana-mana. Dan amat disayangkan jika hanya dijadikan sebuah kenangan karena memori manusia ada batasnya. Berikut ringkasannya: “Pada momen ini mari kita saling memaafkan. Saya meminta maaf sekaligus saya sudah memaafkan segala kesalahan kalian semua. Semuanya sudah saya maafkan tanpa terkecuali karena kita semua perna